Saturday 13 February 2016

Bila Kita Berjodoh



          Malam itu, aku menulusuri gelapnya kampus kala liburan. Angin bertiup sangat lembut nan mesra. Halaman yang biasanya ramai dengan mahasiswa teknik terlihat kosong, hening dan gelap. Bahkan lampu yang biasanya menyala pun tidak bersinar, mungkin karena tidak  ada yang menghidupkan saklarnya. Ya, iyalah ta… Malam itu aku berjalan berdampingan dengan seorang wanita yang ku kenal sangat lembut. Padahal biasanya aku seorang diri menikmati gelapnya kampus malam. 
 
Nilam namanya. Obrolah dua orang gadis malam itu tak jauh dari berbagai macam kesibukan kampus. “gimana persiapan SAC lam?” tanyaku. “ng, kemaren udah survey sih, masih cari-cari vila” jawabnya dengan nada khas miliknya. Nilam, memang terlihat diam. Namun, diamnya itu produktif. Setiap tugas yang diberikan padanya selalu ia selesaikan dengan baik. Kini, banyak amanah yang menghampiri dirinya. Ia sepertinya sangat terbuka dengan berbagai amanah, mencintai amanah dan totalitas dalam menjalankan amanahnya. Semoga ia selalu dikuatkan dalam segala kesibukannya, kuatkan pundaknya dan kokohkanlah hati juga raganya, ya Allah. Ia sempat bertanya mengapa aku tak ikut dalam kepanitiaan itu. Maaf lam, aku tidak bisa membantumu karena kesibukanku yang lain. Kini, sudah banyak partner yang mendampingimu dengan kesungguhan hati mereka. Sampai akhirnya kita sama-sama tertawa, ketika saling mengetahui bahwa kita mengikuti suatu projek yang sama, yaitu memperkenalkan jurusan kuliah pada adik-adik yang akan memasuki jenjang kuliah. “iya, Nilam iseng-iseng buka, ada nama Nita Anggraeni. Kirain Nilam kebetulan, eh terus ada nama Aini juga. Ternyata itu emang mereka, kata Nilam” jelasnya sambil tersenyum simpul, khas sekali miliknya. 

Cara bicaranya, pembawaannya, dan senyumnya itu khas sekali miliknya. Percakapan kami terhenti ketika bis besar P 98 A melaju di sampingku. Akupun terburu-buru dan bersalaman dengannya. Sekitar sepuluh langkah aku berlari dan hap, aku berhasil naik ke dalam bis. Malam itu, bis jemputanku tak seramai biasanya. Aku masih bisa memilih tempat ternyaman untuk menghabiskan waktu satu jam ke depan. Aku memilih barisan dengan tiga kursi yang mungkin sekitar baris ke lima dari sang pengemudi. Padahal biasanya aku selalu memilih kursi yang dua, entah kenapa malam ini aku ingin saja duduk di kursi tiga itu. Kelap-kelip, merah-putih-oren lampu kendaraan ibukota menjadi pemandangan indah malam itu. Jalan yang tak seramai biasanya seakan tahu bahwa aku ingin sekali cepat sampai di rumah. Di lampu merah pertama jalanan masih aman dengan volume kendaraan yang cukup stabil. Kecepatan kendaraan mungkin 20 km/jam. 

Sampai di lampu merah Utan Kayu aku melihat dua sosok yang tengah berlari dari kejauhan, tangannya melambai dan kaki itu tak henti berlari mengejar. Sosok yang ku kenal sepertinya, meskipun aku tak dapat melihatnya dengan jelas. Karena keadaan sekitar mereka yang gelap dan aku tidak memakai kaca mata saat itu. Ya, dua orang yang amat ku kenal. Melihat mereka berlari dan melambaikan tangan agar bis berhenti membuatku tersenyum dan entah mengapa aku merasa bahagia sekali melihatnya. Sang pengemudi menginjak rem secara perlahan hingga mobil terhenti. Akupun melihat ke belakang karena aku tahu mereka pasti naik lewat pintu belakang. Benar saja, raut wajah lelah setelah berlari itu terlihat sumringah. Aku lambaikan tanganku pada mereka. Bermaksud memberitahu mereka bahwa aku ada dalam bis ini. Mereka langsung berjalan menghampiriku dengan senyuman dan duduk di sampingku. “Jodoh ternyata” ucap salah satunya. “tuh kan, jodoh” kataku sumringah. Bagaimana tidak. Sekitar 20 menit yang lalu kami memang sedang bersama di masjid kampus, selesai melaksanakan sholat maghrib. Namun langkah kaki kami berbeda arah, mereka lewat jalan yang biasa mereka lalui yaitu lewat depan kampus. Sedangkan aku terbiasa lewat belakang kampus. Padahal kami searah. Hehe… “Bila kita berjodoh, pasti kita dipertemukan dalam sebuah bis” ucapku sambil tersenyum kala langkahku mulai berlawanan arah dengan mereka. “ah, padahal kita niatnya naik P 17 A” ucap salah satunya sambil terkekeh. Biarlah, mungkin ucapanku seperti gurauan semata. 

Nyatanya, duh.. kita berjodoh memang. Sebut saja mereka Fitri dan Septi. Sepasang sahabat yang sangat sibuk dengan amanahnya. Kami sempat terkekeh dengan ucapanku yang ternyata terbukti  langsung, ya… kita berjodoh :)

Selanjutnya, kesibukan kegiatan kampus lagi-lagi menjadi berbincangan favorit kami.  Mereka mulai sibuk megeluarkan ponselnya dari tas masing-masing. Fitri, seorang wanita tangguh yang selalu menguatkan itu mulai mempersiapkan segudang kegiatannya esok hari, mulai dari harus berangkat pagi untuk beres-beres sekretnya. Sampai cerita bagaimana harus menunggu kendaraan umum yang harus ia naiki (sebut saja Kowan). Septi, wanita yang kata orang agak kekanakan ini sibuk sekali dengan ponselnya, pengaduan teman-teman mahasiswa yang mengalami kesulitan bayaran ada di tangannya. Amanahnya membuat ia tidak tidur semalaman karena memikirkan keselamatan kuliah orang lain. Mulia sekali hatinya. Di mataku dia malah terlihat sangat dewasa. Mereka adalah orang-orang yang selalu totalitas dalam menjalankan amanahnya. Bersedia tidak libur meski sedang liburan. Ah, aku merasa iri pada mereka. Aku belum bisa totalitas dengan amanahku. Banyak hal yang membuatku berulang kali berpikir untuk mundur dari amanah. Namun, mereka-mereka inilah sosok yang selalu menguatkan dan menyakinkan aku bahwa aku bisa.

Ya Allah. Biarkanlah aku tetap berada di tengah-tengah mereka yang selalu menguatkanku. Biarkanlah aku melihat senyuman dari bibir mereka yang merekah. Biarkanlah aku menjadi setitik bagian dari kisah hidup mereka. Biarkanlah aku untuk mencintai mereka karena-Mu. Ya Allah. Berikanlah mereka kekuatan dan kemampuan untuk melaksanakan segala amanahnya, berikanlah mereka keberkahan-Mu atas segala kebaikan  yang mereka lakukan, lindungilah mereka dengan kekuasaan-Mu,  dan jadikanlah mereka orang-orang hebat yang selalu bisa menghebatkan orang lain.

2 comments:

  1. hiks,,,, kita juga pernah se mayasari nit,, padahal naik dari arah yang berbeda

    ReplyDelete